Tahun Baru.... Umur Semakin Berkurang, Mari Kita Melakukan Kebajikan !

Setiap memasuki pergantian tahun sudah menjadi tradisi (mungkin) di seluruh dunia menyambutnya dengan penuh hura-hura bahkan dapat dikatakan glamour. Padahal kalau kita melakukan instropeksi diri sebenarnya hal tersebut mendekati mubazir dan kurang memiliki faedah. Mungkin sebagian besar orang tidak sependapat dengan saya dan itu sah-sah saja karena setiap manusia masing-masing memiliki pendapatnya masing-masing.

Telah diketahui semua orang bahwa perayaan tahun baru masehi bukanlah kebudayaan Islam, karena Islam tidak mengajarkan demikian. Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya untuk meninggalkan dan menjauhi perayaan-perayaan terutama yang berulang pada setiap tahunnya (’Ied) yang berasal dari non muslim. Dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik ra berkata, saat Rasulullah ﷺ datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar untuk bermain-main. Lalu Beliau bertanya : “Dua hari untuk apa ini ?” Mereka menjawab, “Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa Jahiliyah”. Lantas Beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya : Idul Adha dan Idul Fitri”.    [HR. Abu Dawud]

Dan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra berkata : “Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festival seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka”. [Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarah hadits no. 3512].

Kemudian Allah Ta'ala juga mengisyaratkan hal yang sama. Allah Ta’ala menjelaskan ciri-ciri ‘Ibadur Rahman (hamba-hamba Allah yang beriman) : “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. [al-Qur'an surah al-Furqan : 72].

Apa yang terjadi setiap datang tahun baru ? Pada umumnya dari kita melakukan hura hura, foya foya dan perayaan perayaan yang menghamburkan rezeki yang telah diberikan oleh Allah Ta'ala, tidak percaya ? Daftar hunian hotel dimana-mana penuh, rental mobil full s/d minggu pertama awal tahun, tempat hiburan membuat kegiatan atau acara spesial, belum lagi yang merayakan di rumah-rumah atau di kampungnya. 

Disamping tidak bermanfaat, perayaan tahun baru juga memakan biaya dan bahkan dapat menghabiskan hingga 1 Milyar bahkan lebih yang hanya mengadakan acara peringatan pergantian tahun saja ? Allah Ta'ala melarang perbuatan tersebut dan mengecam pelakunya yang disebut mubadzir. “Sesungguhnya para mubadzir (pemboros) itu adalah saudara-saudara dari setan. Dan setan itu adalah makhluk yang ingkar terhadap Rabb-nya”. [al-Qur'an surah al Isra : 27].

Allah Ta'ala tidak mencintai orang-orang yang memboroskan harta yang sama sekali tidak akan menambah kemuliaannya di dunia maupun di akhirat.

Pada umumnya pada malam tahun baru, kebanyakan dari kita akan menunda jam tidur demi menunggu waktu hingga pukul 12 malam, dimana terjadi pergantian tahun masehi dengan bersenang-senang, ngobrol, konvoi keliling kota, dan banyak hal yang tidak bermanfaat yang dilakukan. Padahal Rasulullah ﷺ membenci ngobrol-ngobrol atau kegiatan tak berguna lainnya yang dilakukan setelah selesai shalat isya. Jika tidak ada kepentingan, Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk langsung tidur, agar dapat bangun di malam hari untuk beribadah. Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra berkata : “Rasulullah ﷺ menyebutkan kepada kami tercelanya mengobrol sesudah shalat ‘lsya”. [HR. Ahmad, Ibnu Majah]. Juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda : “Tidak boleh mengobrol (pada malam hari) kecuali dua orang, orang yang akan shalat atau musafir”.  [HR. Ahmad]

Akankah kita teringat akan anak yatim piatu dan kaum dhuafa ? Sungguh ironis, seolah-olah anak yatim dan kaum dhuafa seakan dilupakan. Mereka masih memerlukan perjuangan untuk tetap bertahan hidup dari tahun ke tahun dari hari ke hari yang kadang kita hanya memperhatikan mereka pada saat bulan Ramadhan saja. Pada bulan Ramadhan seluruh umat Muslim mendatangi, menyambangi, membagikan rezeki, memberikan makan berbuka, memberikan pakaian.

Mereka (anak yatim) dan kaum dhuafa masih memerlukan biaya hidup, masih memerlukan pakaian yang sudah sekian tahun tidak pernah diganti. Mereka memerlukan makan untuk tetap bertahan hidup. Adakah kita perduli dengan mereka yang menjalani takdirnya bukan karena kemauannya ? Kita diberikan kekayaan bukan semata mata karena kita telah giat berusaha, tetapi Allah Ta'ala membuka pintu rezeki. Bagaimana bila Allah menutup pintu rezeki kita. Jika Allah berkehendak “kun fayakun” maka terjadilah dan kita tidak akan bisa mengelak kehendak Allah Ta'ala

Selama kita masih dipercaya Allah untuk menerima rezeki yang lebih, jangan pernah segan untuk mensedekahkan sebagian rezeki tersebut untuk mereka, anak yatim dan para fakir miskin. Bersedekah tidak akan menjadikan kita miskin, tetapi justru malah sebaliknya. Jangan hanya mencari anak yatim hanya bulan ramadhan saja, mereka juga perlu hidup sepanjang tahun… Seharusnya makna tahun baru adalah perenungan kembali hidup kita tahun sebelumnya. 

Jika ingin bermanfaat mengisi pergantian akhir tahun, lebih baik melakukannya untuk mengingat Allah Ta'ala hanya dengan cara sholat malam, sholat Tahajud dan berdzikir. Meminta ampunan atas segala kesalahan dan tingkah laku selama ini pada dalam tahun-tahun sebelumnya. Hindari pesta, hura-hura, maksiat maupun yang lainnya. Semoga kita termasuk orang yang senantiasa di lindungi Allah Ta'ala dan masih diberikan kesempatan untuk tetap merasakan udara di tahun mendatang serta masih diberikan iman dan taqwa, aamiin.

Comments