Kesabaran dan Sholat

Dengan penuh pilu seorang pria terus berjalan untuk memperoleh ‘ruang rezeki’, kewajiban menafkahi dan menyekolahkan anaknya terus menjadi tekadnya untuk terus mencari. Segala macam cara dan usaha telah dilakukan, namun belum juga terbuka lebar ‘ruang rezeki’ untuknya dan entah mengapa selalu saja kandas pada saat realisasinya.

Hatinya menangis ketika terus menghiba kepada orang lain demi memenuhi kebutuhan hidup untuk anak dan istrinya. Bermacam cercaan, makian maupun umpatan pun harus diterimanya dengan ikhlas. Air mata seakan sudah tidak bisa lagi keluar karena seringnya mengucur dan membasahi pipinya.
 
Kekuatan hidupnya berasal dari surat dalam Al-Qur’an yang isinya : “Allah tidak membebani seseorag melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a) : ‘ Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”’. [Qs. Al-Baqarah : 286] 
 
Baginya ujiannya tidak memiliki arti jika disandingkan dengan ujian Nabi Ayub, yang menggambarkan sesosok manusia yang paling sabar, bahkan Allah SWT telah memuji Nabi Ayub dalam Al-Qur’an yang isinya : “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)”. [Qs. Shad : 44].
 
Pria tersebut tetap yakin bahwa ujian ini untuk menambah keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, sebagaimana dalam suatu riwayat ketika seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam : “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya ?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam menjawab : “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa”. [dari Mush’ab bin Sa’id dari ayahnya, diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad Darimi dan Ahmad].
 
Semakin kuat iman akan semakin berat cobaan dan Allah akan semakin cinta. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridha, maka Allah pun ridha. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut), maka baginya murka Allah”. [dari Anas bin Malik, diriwayatkan oleh Tirmidzi].
 
Sabar atas ujian hidup justru semakin membuatnya menjadi tegar. Dia tidak pernah mengatakan bahwa ‘ini adalah musibah’ tetapi dia selalu menyampaikan ‘ujian ini untuk menambah keimanan dan ketaqwaan’. Allah justru masih memberinya kesehatan, diberikan waktu untuk bermuhasabah dan semakin tawadhu’.
 
Baginya kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan, karena janji Allah adalah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. [Qs. Al-Baqarah : 155]
 
Dia tetap berlapang dada dan memiliki ketabahan yang besar dalam menghadapi ujian tersebut dan terus memohon solusi kepada Allah dengan sabar dan Shalat.

Comments