Memilih Pemimpin Amar Makruf Nahi Mungkar dan Sabar

Kepemimpinan dalam Islam sangat vital dan mengapa Pemimpin begitu penting ? Karena merupakan wadah untuk menciptakan kemaslahatan publik (al-mashlahah al-‘ammah). Di tangan seorang Pemimpin lah ditentukan seperti apa nasib dan masa depan rakyat. 

Atas dasar itulah sehingga seorang kandidat Pemimpin (dalam setiap tingkatan) harus memiliki kriteria-kriteria ketat yang pada dasarnya lebih banyak cenderung kepada aspek moralitas, karakter dan kepribadiannya. Hal ini penting, sebab inilah yang menentukan kelak sepak terjang seorang Pemimpin saat menjalankan kepemimpinan. 

Kepemimpinan Islam tidak semata mementingkan internal Islam dan umat Islam itu sendiri, tetapi memikirkan aspek sejagat (universal). Islam mementingkan jauh sampai kepada semua kelompok di luar Islam, sebagaimana telah dilakukan Rasulullah ﷺ saat memimpin Madinah.

Pemimpin yang terpercaya berkaitan erat dengan sifat jujur. Pemimpin cerdas tidak saja memiliki kemampuan intelektual, tetapi sangat penting memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Kemampuan intelektual yang tidak dibarengi dengan kemampuan emosional dan spiritual melahirkan pemikiran dan gagasan yang jauh dari spirit akhlak atau moralitas.

Pemimpin yang hanya cerdas secara intelektual sering menggunakan kekuasaannya dengan tindakan yang mengecewakan rakyat. Tidak memiliki pertimbangan emosional apalagi spiritual dalam memperlakukan rakyat atau bawahannya, sehingga terkesan toriter dan tidak bersahabat.

Untuk itu, sebelum digelar debat Capres Pemilu 2019 pada hari Minggu, tgl. 17 Februari 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, aku coba menyampaikan biografi kedua Capres tersebut, agar kita lebih mantap dalam memilih Pemimpin yang amanah untuk negeri kita yang tercinta ini, insya Allah. Mohon maaf jika ada kekurangan dan kekeliruan 🙏🙏

1. Ir. H. Joko Widodo


2. Prabowo Subianto Djojohadikusumo
Kesalahan dalam memilih Pemimpin dapat menyebabkan penyesalan di kemudian hari. Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin juz II mengatakan : "Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan Para penguasanya. Kerusakan Penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama. Kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan. Barangsiapa dikuasai oleh ambisi duniawi, ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah-lah tempat meminta segala persoalan”.

Semoga bermanfaat.

Comments