Kecerdasan Intelektual Seseorang

Setiap Manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini terjadi karena setiap Manusia yang dilahirkan telah membawa karakter dan sifat dasar (potensi) yang dibawa oleh setiap individu , termasuk membawa kecerdasan baik itu kecerdasan Intelektual, emosional maupun kecerdasan spiritual yang ada di dalam dirinya. Semua itu tentu saja sangat mempengaruhi kepribadian, bahkan dapat menentukan kesuksesan atau kegagalan dalam hidupnya.

Kecerdasan merupakan sesuatu yang bersifat potensial dan karena itulah selalu melekat pada Manusia yang merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh Manusia. Manusia dibekali Allah Subhanahu Wa Ta'ala intelektual yang cerdas, diantaranya daya ingat yang tajam, sistematika dalam berfikir, menyikapi setiap permasalahan dan sebagainya. 

Kecerdasan intelektual atau kecerdasan akal adalah kemampuan seorang Manusia mendaya gunakan akal fikirannya untuk memahami dan mengerti sesuatu. Namun kebanyakan Manusia menganggurkan anugerah akal yang dimilikinya. Mempunyai mata hanya untuk melihat tetapi tidak untuk memperhatikan, mempunyai perasaan hanya untuk merasakan tetapi tidak untuk menyadari, atau mempunyai telinga hanya untuk mendengar tetapi tidak untuk mendengarkan. Kondisi ini yang tidak dianjurkan oleh Islam terhadap umatnya. Justru Islam memerintahkan manusia untuk menghargai akalnya. Salah satunya dengan menggunakan akal dalam mengimani keberadaan sang Khalik, tidak dibangun atas dasar taklid (asal mengikuti saja).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari Jin dan Manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai".  [al-Qur'an surah al-A'raf : 179]

Manusia pasti punya kelebihan dalam satu sisi dan kekurangan dalam sisi yang lain. Namun intelektual tidak sekedar bagus sebagai wacana, namun juga memiliki karakter yang shaleh. Salah satu ciri karakter yang shaleh itu bisa kita lihat dari perkataan dan perbuatannya. Jika seseorang disebut baik, kemudian mencela orang lain, bahkan mungkin dengan kata-kata yang tidak pantas, hal tersebut menunjukkan bahwa Manusia seperti itu masih belum dapat dijadikan rujukan atau teladan, karena Manusia yang memiliki intelektual yang cerdas dapat menjaga lidah (lisan) dan tulisannya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menganugerahkan kepada Manusia nikmat yang terbesar, setelah nikmat iman dan Islam, yaitu nikmat berbicara dengan lidah, suatu kemampuan yang dapat menjelaskan isi hati dan kehendak.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : 

الرَّحْمَنُ (١) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢) خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (٤)

1. (Tuhan) yang Maha Pemurah,
2. Yang telah mengajarkan al-Qur'an,
3. Dia menciptakan Manusia,
4. mengajarnya pandai berbicara. [al-Qur'an surah ar-Rahman :1-4].

أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ
وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ

"Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata (8), lidah dan dua buah bibir (9)".  [al-Qur'an surah al-Balad : 8-9]

Lidah merupakan nikmat yang besar namun juga dapat menjadikan senjata bermata dua, yaitu dapat digunakan untuk taat kepada Allah dan juga dapat digunakan untuk memperturutkan Syaithan. Jika seorang hamba mempergunakan lidahnya untuk membaca al-Qur'an, berdzikir, berdoa kepada Allah, untuk amar ma’ruf, nahi munkar, atau untuk lainnya yang berupa ketaatan kepada Allah, maka inilah perwujudan syukur kepada Allah terhadap nikmat lidah.

Sebaliknya, jika seseorang mempergunakan lidahnya untuk berdo'a kepada selain Allah, berdusta, bersaksi palsu, melakukan ghibah, namimah, memecah belah umat Islam, merusak kehormatan seorang Muslim, atau lainnya yang berupa ketaatan kepada Syaithan, maka ini diharamkan atas seorang mukmin, dan merupakan kekufuran kepada Allah terhadap nikmat lidah. Lidah menjadi faktor yang bisa mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah, namun juga bisa menyebabkan kecelakaan yang besar bagi dirinya.

Selain dapat mengendalikan lidah dan tulisannya, seseorang yang memiliki intelektual cerdas juga wajib memiliki hati yang bersih. Hati merupakan cerminan dari setiap orang yang memilikinya dalam arti apabila mempunyai hati yang baik, maka cerminannya juga terlihat baik begitu pun sebaliknya jika mempunyai hati yang buruk, maka buruk juga yang terlihat. Semua orang rasanya tidak bisa lepas dari penyakit hati dan menjadi hal wajar bagi kehidupan manusia. Ditambah lagi, setiap Manusia terlahir dgengan sifat kekhilafan saat bersosialisasi.

Bagaimana caranya untuk menjaga hati ?

Muhasabah
Berkaca dan intropeksi pada diri sendiri. Dengan senantiasa melaksanakan muhasabah, Manusia tidak akan menyianyiakan-waktu yang telah diberikan Allah Ta'ala dalam kehidupannya. Dalam sisa umurnya akan memanfaatkan waktunya untuk berbuat baik sehingga dapat hidup dengan damai dan tentram.

Jauhkan dari sikap iri dan dengki
Iri dan dengki dapat menjadi ruang bagi Syaitan masuk ke dalam hati Manusia. Angan yang terlalu berlebih akan membuat seseorang menjadi buta dan tuli. Jika angan tersebut tidak dilandasi dengan agama, maka seseorang akan melakukan berbagai cara untuk mewujudkan angan tersebut. Sifat ini bisa timbul dari kecintaan seseorang akan kehormatan, material dan juga pujian dan manusia tidak akan hidup dengan tenang apabila mempunyai sikap yang seperti ini.

Jauhkan dari sifat keras hati dan amarah
Marah yang terjadi dari hati Manusia terkadang membuat seseorang bisa melakukan tindakan tanpa membuat pertimbangan akal. Apabila akal sudah melemah, maka yang tersisa hanyalah hawa nafsu dan Syaitan akan dengan bebas melancarkan aksinya kemudian mempermainkan Manusia.

Husnudzan
Berburuk sangka atau suuzan kepada orang lain dan merasa dirinyalah yang jauh lebih baik, merupakan sikap yang tidak dibenarkan. Berprasangkalah yang baik atau Husnudzan yang akan membuat cara pandang yang baik, positif dan jernih.

Ikhlas
Seseorang yang ikhlas akan senantiasa percaya pada Allah Ta'ala yang akan memberikan segala sesuatu paling baik untuk hamba-Nya. Seseorang yang ikhlas akan lebih mudah untuk menjaga hati dan selalu menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Allah Ta'ala. Memaafkan juga menjadi bentuk cinta tertinggi yang akan mengarahkan seseorang saat sedang tersakiti hatinya oleh orang lain.


Semoga bermanfaat 

Comments