Jika Enggan Membaca al-Qur'an

Akhlak Rasulullah ﷺ adalah cerminan al-Qur’an. Bahkan Beliau sendiri adalah sosok sempurna yang hadir di tengah-tengah umat Manusia, membawa kabar gembira, menerangi kegelapan dengan membawa cahaya Islam. Ketika Hisyam bin Amir bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha mengenai akhlak Rasulullah ﷺ . Aisyah menjawab : “Akhlak Rasulullah ﷺ adalah al-Qur’an”. [HR. Abu Dawud & Muslim]. Sungguh, jawaban Aisyah ini singkat, namun sarat makna yang luar biasa. 

Selain itu Rasulullah ﷺ memadukan taqwa kepada Allah dan sifat-sifat mulia, sehingga melahirkan cinta kepada-Nya. Taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dapat memperbaiki hubungan antara seorang hamba dan Tuhannya, sedangkan akhlak mulia dapat memperbaiki hubungannya dengan sesamanya.

Membentuk akhlak mulia dalam kehidupan hendaknya mencontoh Rasulullah ﷺ . Pada saat ini, yang terbaik dilakukan adalah mengimbangi kemajuan di bidang teknologi dan informasi dengan keimanan yang sesuai tuntunan al-Qur’an dan Hadits. Manusia yang hanya mengikuti dorongan nafsu liar dan amarah untuk mengejar kedudukan dan harta benda dengan caranya sendiri, sehingga lupa akan tugasnya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika hal tersebut terjadi, maka cepat atau lambat umat Manusia akan mengalami krisis akhlak.

Akhlak Rasulullah ﷺ adalah al-Qur’an, hal ini bisa dicontoh dan dipraktekkan oleh umat Manusia dengan cara mengenalnya lebih jauh. Kemudian berusaha mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya, termasuk pula banyak bershalawat, menerima seluruh ajaran Beliau dan menghidupkan kembali sunnah-sunnah yang telah di contohkan.

Dengan membaca al-Qur'an dengan penuh perhatian, tartil dan terus berusaha untuk memahami, menghapal, sehingga dapat mengamalkan isinya dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari.

Sungguh ironis, jika kita melihat al-Quran hanya terpajang rapi di lemari. Padahal al-Quran bukanlah sebuah hiasan, yang hanya disimpan untuk mempercantik ruangan. Al-Quran adalah wahyu Allah Ta'ala, yang seharusnya kita baca, pelajari, pahami, amalkan dan dakwahkan. 


ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah Shalat. Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". [al-Qur'an surah al-Ankabut : 45]

Bagaimana jika ada yang mengaku Islam, namun enggan (tidak mau) bahkan tidak bisa membaca al-Qur'an ?

Salah satu bentuk pelanggaran dalam berinteraksi dengan al-Qur’an adalah memboikot al-Qur’an. Rasulullah ﷺ mengadu kepada Allah tentang sikap sebagian umatnya yang memboikot al-Quran. Allah menceritakan pengaduhan Beliau dalam al-Qur’an :

قال تعالى : ﴿ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻳَﺎﺭَﺏِّ ﺇِﻥَّ ﻗَﻮْﻣِﻲ ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﻫَـٰﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻣَﻬْﺠُﻮﺭًﺍ ﴾ [الفرقان:30].

Dan Rasul berkata : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini sebagai sesuatu yang diabaikan”. [al-Qur'an surah al-Furqan : 30]

Dalam ayat tersebut diatas, Rasulullah ﷺ mengadukan kesombongan kaumnya yang dia rasakan kepada Allah dengan mengatakan : "Sesungguhnya mereka telah meninggalkan al-Qur’an dan mencampakkannya". 

Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan beberapa bentuk pemboikotan terhadap al-Qur'an :

هذا من هجرانه، وترك علمه وحفظه أيضا من هجرانه، وترك الإيمان به وتصديقه من هجرانه، وترك تدبره وتفهمه من هجرانه، وترك العمل به وامتثال أوامره واجتناب زواجره من هجرانه، والعدولُ عنه إلى غيره -من شعر أو قول أو غناء أو لهو أو كلام أو طريقة مأخوذة من غيره -من هجرانه

"Ini termasuk bentuk memboikot al-Qur’an. Tidak mempelajarinya, tidak menghafalkannya, termasuk memboikot al-Qur'an. Tidak mengimaninya, membenarkan isinya, juga termasuk memboikot al-Qur'an. Tidak merenungi maknanya, memahami kandungannya, termasuk memboikot al-Qur'an. Tidak mengamalkannya, mengikuti perintah dan menjauhi laranganya, termasuk memboikot al-Qur'an. Meninggalkan al-Qur'an dan lebih memilih syair, nasyid, nyanyian atau ucapan sia-sia lainnya, termasuk memboikot al-Qur'an". [Tafsir Ibnu Katsir, 6/108]

Para ulama bersepakat bahwa orang yang tidak bisa membaca al-Qur'an itu ada dua kemungkinan, bisa jadi ia berdosa, bisa juga tidak. Apa yang membedakannya ?

1. Tidak bisa baca al-Qur'an, tidak berdosa. 
Berlaku bagi mereka yang sudah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk belajar membaca al-Qur'an, hanya saja Allah memberikan takdir yang lain. Takdir Allah membuatnya tidak mampu untuk membaca al-Qur'an.

2. Tidak bisa baca al-Qur'an itu berdosa. 
Berlaku bagi mereka yang dikenal sebagai orang akademik, memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, namun enggan untuk membaca Al-Quran apalagi mempelajarinya. Sehingga, ia berdosa untuk ketidakmampuannya tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan akal kepada kita untuk mempermudah jalan hidup kita. Sehingga, kita mampu untuk mempelajari al-Qur'an. Hanya saja rasa malas yang bersarang dalam diri kita terkadang menjadi penghambat bagi kita untuk belajar. Hal itulah yang menyebabkan kita dapat termasuk dalam kategori orang berdosa, karena enggan belajar membaca al-Qur'an.

Bagaimana mungkin kita bisa menegakkan al-Qur'an jika kita tidak mau membaca atau bahkan tidak mau mengkaji isi dari al-Qur'an ? 

Bagiku, orang yang mengaku Islam tetapi tidak mau membaca atau mengkaji al-Qur'an bukanlah Muslim sejati.


Semoga bermanfaat.

Comments