Kembali ke Jalan-Nya


Setelah sekian lama akhirnya aku bisa nge-gym di salah satu tempat favoritku di daerah Jakarta Selatan. Dengan peralatan yang boleh dikatakan tidak berubah aku tetap ‘remain’ semasa kuliah nge-gym di tempat ini yang kala itu diasuh oleh salah satu atlit PON.. bagaimana kabar Beliau sekarang ya... ?  

2 jam terlewati untuk kebugaran tubuh, aku pun bersiap untuk mandi dan lumayan antri selama 20 menit sambil membasuh keringat yang masih deras mengucur dari tubuhku. Tiba waktunya aku mandi untuk menambah kesegaran sehabis olah raga.  

Setelah mandi aku langsung menuju locker untuk berpakaian dan aku lihat seorang lelaki berbadan atletis (dari sebelum aku mandi) menghampiriku (sebut saja namanya Ican) dan menyapa : “Sudah selesai mandinya ya Mas ?” Aku pun menjawab : “Alhamdulillah sudah Mas”. Ican pun secara tiba-tiba mengusap punggungku dan berkata : “Pasti capek ya Mas dari tadi saya lihat Masnya serius banget nge-gymnya”. Perasaanku sudah mulai tidak enak melihat tingkah lakunya secara terang-terangan seperti meminta perhatian dariku.  

Dengan berusaha tenang aku mencoba meminta waktunya untuk berbicara di sebuah meja yang tersedia di tempat itu. Aku berusaha memberanikan diri untuk membuka pembicaraan dan bertanya mengapa Ican terus-menerus memperhatikan setiap gerak-gerikku saat nge-gym hingga selesai mandi.

Setelah panjang lebar kami berbicara, akhirnya aku peroleh kesimpulan bahwa Ican adalah seorang gay yang memiliki latar belakang yang kurang baik semasa kecilnya. Dia merupakan anak bungsu laki-laki satu2nya dari 3 Saudara. KDRT sering melanda dalam keluarganya dan Ican sering dilecehkan sebagai seorang anak yang kemayu seperti seorang wanita.  

Ican mencoba menutupi kelemahannya tersebut dengan berkonsentrasi membentuk tubuhnya untuk menjadi seorang pria bertubuh atletis. Namun gejolak ‘seperti seorang wanita’ dalam dirinya yang sangat besar tak kuasa dibendungnya jika melihat seorang pria yang terlihat karismatik dan jantan.

Sudah 1 tahun Ican putus dengan ‘pasangannya’ karena pasangannya tersebut telah menikah dengan seorang wanita dan tinggal di Bandung. Dan satu2nya tempat dimana Ican bisa mencari ‘tambatan hatinya’ adalah di tempat gym.

Setelah mendengar kisahnya, aku perlahan mencoba menyampaikan bahwa aku adalah seorang pria normal dan telah memiliki keluarga. Pada saat itu adzan Maghrib telah berkumandang dan alhamdulillah Ican mau aku ajak untuk sholat Maghrib berjamaah di Musholla yang tidak jauh dari lokasi gym tersebut.   

Seusai sholat Maghrib aku lihat Ican belum beranjak dan aku lihat air matanya berlinang membasahi pipinya dengan isakan tangis yang terputus-putus. Ican langsung memelukku dan mengatakan penyesalan bahwa selama ini dirinya telah ‘berjalan di tempat yang salah’. Alhamdulillah Allah Ta’ala telah memberikan Ican hidayah dan Ican berjanji untuk berusaha memperbaiki segala kesalahannya dan ‘kembali’ untuk menjadi pria normal sebagaimana Allah Ta’ala telah memberikan kodrat kepada dirinya. Kami pun berpisah karena aku harus menjemput anakku di rumah temannya. Semoga Ican tetap teguh dalam pendiriannya untuk berjalan sesuai kodratnya.  

Allah Maha penyayang dan Maha mencintai. Allah selalu mengajak kita kepada taubat, walau sangat banyak dosa yang telah kita lakukan, walau sangat besar kesalahan yang telah kita perbuat, walau sangat sering keburukan yang telah kita jalankan, walau telah sangat lama kemaksiatan menjadi kebiasaan kita. Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah : “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [al-Qur’an surah az-Zumar : 52]  

Memang tidak gampang bagi Ican untuk melakukannya, tapi aku yakin jika Ican terus berusaha, insya Allah pasti akan terbentang jalan kemudahan untuk dirinya.. aamiin.

Comments