Sebuah cerita yang saya angkat dari realita kehidupan kita saat ini, dimana dengan bergelimang kesuksesan dan uang kita sering mengabaikan perhatian dan kasih sayang kita kepada orang tua...
Kisah berawal dari daerah Medan... kita sebut saja dengan namanya, Ucok. Keseharian Ucok bersama Ibunya adalah menjual sembako dalam toko yang berluaskan 1 x 1.5 m2. Bapak si Ucok telah lama berpulang ke Rahmatullah semenjak Ucok berusia 3 tahun.
Dalam kesehariannya Ucok merupakan anak yang sangat patuh kepada Ibunya, rajin dalam beribadah dan selalu aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Kelurahan. Masyarakat disana sangat senang dengan perilaku si Ucok.
Ucok memperoleh bea siswa dan dapat menyelesaikan studi S1 Ekonomi Manajemen di Universitas yang terkenal dengan hasil yang memuaskan. Air mata telah membasahi pipi si Ibu dengan memanjat rasa syukur kepada Allah. Ibu selalu berdo’a kepada Allah agar Ucok dalam meraih impiannya.
Dengan modal semangat dan tekad dalam memperbaiki kehidupan, Ucok ingin merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib ke Jakarta dalam mewujudkan cita-citanya. Demi meraih kesuksesan anaknya, Ibunya pun mengikhlaskan kepergian Ucok dengan perasaan haru dan bangga untuk melepas kepergian Ucok meraih impiannya.
Setiap hari Ibu selalu mengingat Ucok dan berdo'a kepada Allah SWT agar dimudahkan jalan bagi Ucok dalam mewujudkan impiannya. Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "ada tiga do’a yang langsung diterima oleh Allah secara langsung yaitu do’a orang yang dianiyaya, do’a seorang musafir dan do’a orang tua terhadap anaknya". [HR. Imam Turmudzi, Ahmad dan Abu Dawud]
Bulan demi bulan hingga menginjak ke tahun ke-3 akhirnya si Ucok telah dapat mewujudkan impiannya menjadi Manager di salah satu Perusahaan terkemuka di Jakarta. Rasa gembiranya ini diwujudkan dengan membawa Ibunya ke Jakarta dalam merasakan kegembiraan atas kesuksesan yang telah diraih si Ucok.
Namun kegembiraan itu hanya bertahan dalam hitungan minggu… dan selanjutnya Ucok dihadapkan dengan rutinitas pekerjaan yang banyak menyita waktu dan perhatian kepada Ibunya. Berangkat Subuh dan kembali pulang tengah malam, merupakan aktivitas keseharian Ucok dengan impiannya. Kadang hari libur pun banyak tersita untuk pekerjaannya.
Ucok yang terkenal dengan rajin beribadah dan santun kepada orang tua mulai bergeser perilakunya akibat tekanan pekerjaan. Dengan fasilitas yang tersedia ditambah lagi dengan karir yang semakin menjulang, membuat dirinya bertambah angkuh dan sombong. Kehadiran Ibunya sudah tidak dianggap lagi oleh Ucok dan sering memperlakukan Ibunya seakan “asisten pribadi” yang menuruti segala keinginannya.
Coba kita simak hadits berikut ini :
Allah memerintahkan seorang anak untuk menaati orangtuanya dan mensyukurinya. Ketaatan dan syukur kepada mereka digandengkan dengan ketaatan dan syukur kepada Allah.
Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, diperoleh bahwa ketaatan kepada Allah saja tanpa taat kepada kedua orangtua belum cukup untuk meraih keridhaan Allah. Karena itu, dengan tegas Allah menyebut kewajiban taat dan syukur kepada orangtua bergandengan dengan kewajiban taat dan syukur kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda : “Ridha Allah diperoleh melalui ridha orangtua, dan kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orangtua” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzî dari sahabat Nabi, Ibnu ‘Amr bin al-‘Ash.
Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, diperoleh bahwa ketaatan kepada Allah saja tanpa taat kepada kedua orangtua belum cukup untuk meraih keridhaan Allah. Karena itu, dengan tegas Allah menyebut kewajiban taat dan syukur kepada orangtua bergandengan dengan kewajiban taat dan syukur kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda : “Ridha Allah diperoleh melalui ridha orangtua, dan kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orangtua” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzî dari sahabat Nabi, Ibnu ‘Amr bin al-‘Ash.
Kadang si Ibu terbayang akan kebersamaan mereka semasa di Medan, bercanda dan saling mengasihi walau dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Perasaan rindu akan anaknya membuat si Ibu berusaha untuk menghubungi si Ucok di kantornya.
Sekretaris di kantor Ucok menerima telepon tersebut dan menyampaikan bahwa Pimpinannya (Ucok) sedang meeting dari pagi. Kebetulan kata miting (=meeting) memiliki arti (mohon maaf) Buang Air Besar (BAB) dalam bahasa asal daerah Ucok dan Ibunya. Mendengar anak yang menderita “sakit BAB” tersebut membuat perasaan Ibu gundah gulana dan berusaha menghubungi 2 jam berikutnya… kata ‘miting’ masih disampaikan oleh Sekretaris tersebut.
Perasaan cemas tidak menentu serta menyalahkan dirinya sendiri, membuat si Ibu terus menangis dan memohon kepada Allah agar anaknya dapat disembuhkan penyakitnya.
Hari telah malam dan jam telah menunjukkan jam 19.00 namun Ucok belum memberikan kabar kepada Ibunya mengenai keadaannya, membuat hati si Ibu terus diliputi kegelisahan. Dengan tangan gemetar Ibunya kembali menelepon Ucok ke kantor untuk menanyakan keadaan dirinya… dan kembali sang Sekretaris menyampaikan hal yang sama : “dari tadi pagi hingga saat ini Bapak masih meeting dan sangat serius Bu…”
Dengan usia yang sangat senja si Ibu memberanikan dirinya untuk pergi bersama “asisten rumah” menuju ke kantor Ucok dengan menggunakan transportasi umum. Sepanjang jalan si Ibu terus meneteskan air matanya dan membayangkan sakit si Ucok.
Sesampai di kantor Ucok dengan perasaan yang tidak menentu untuk bertemu dengan anaknya, si Ibu akhirnya tiba dan telah berada dalam ruangan kerja Ucok yang kosong… dan diatas meja Ucok maupun Sekretarisnya masih terdapat kertas-kertas yang berantakan, menandakan bahwa mereka masih berada di kantor.
Setelah mencari-cari seluruh ruangan, akhirnya terdapat sebuah ruangan tertutup dengan gema suara yang berasal dari dalamnya. Si Ibu yang kebingunan dan penasaran akhirnya membuka ruangan tersebut dan akhirnya melihat si Ucok sedang melakukan presentasi dengan para Investor dengan dibantu Sekretarisnya…. ??!!
Semua mata dalam ruangan meeting tersebut tertuju kepada “sesosok tua renta” yang menangis berteriak memanggil nama Ucok. Para Investor kebingungan melihat kejadian yang ada dengan keheranan, membuat hati dan perasaan Ucok terasa terhina….. dengan membentak serta menyeret Ibunya dengan bantuan Security agar segera meninggalkan ruangan tersebut sambil menyuruh Security tersebut agar selepas meeting menemui Ucok di ruangannya.
Ibu yang sangat sedih dan bingung dengan perlakuan Ucok ini menanyakan kepada Security, mengapa anaknya sudah sehat sedangkan dari pagi tadi hingga sebelum kedatangannya diperoleh kabar bahwa anaknya ‘miting’….. Security menjelaskan arti dari kalimat tersebut yang ternyata sangat jauh berbeda dengan pemahaman si Ibu. Merasakan dirinya sangat bodoh dan membuat malu anaknya, akhirnya dengan perasaan sedih si Ibu meninggalkan kantor yang megah tersebut.
Tentu kita masih ingat dengan sebuah ungkapan dibawah ini :
· Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.
· Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.
· Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
· Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.
· Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
· Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah.
Sebagai balasannya, kau berteriak."NGGAK MAU!!"
· Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.
Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.
· Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.
· Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus bahasamu.
Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.
· Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.
Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
· Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.
Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain.
· Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.
Sebagai balasannya, kau tunggu sampai dia di keluar rumah.
· Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.
· Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.
· Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
· Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
· Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
· Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
· Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
· Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?"
Sebagai balasannya, kau jawab, "Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"
· Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.
Sebagai balasannya, kau katakan, "Aku tidak ingin seperti Ibu."
· Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
· Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
· Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, "Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu ?"
· Saat kau berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai penikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
· Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu.
Sebagai balasannya, kau katakan padanya, "Bu, sekarang jamannya sudah berbeda !"
· Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, kau jawab,"Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."
· Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
· Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
Itulah hati seorang Ibu yang tetap menerima dengan ikhlas perbuatan maupun perkataan anak kepada dirinya… dan hal inilah yang juga dirasakan oleh Ibu si Ucok…. betapa mulia hati seorang Ibu…
Diantara bentuk durhaka (uquq) yang dilakukan oleh Ucok :
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun peruntukan yg memuntuk orang tua sedih dan sakit hati.
2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil, tidak mengurusi orang tua bahkan lebih mementingkan yg lain dari pada mengurusi orang tua padahal orang tua sangat membutuhkan. Seandai memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misal menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
8. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dgn keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosial meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini ialah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
“Dua peruntukan dosa yg Allah cepatkan adzab (siksanya) di dunia yaitu beruntuk zhalim dan al’uquq (durhaka kepada orang tua)” [HR. Hakim 4/177 dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu]
“Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Telah berkata Rasulullah SAW, ‘Ada tiga golongan yg tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yakni anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yg membiarkan ada kejelekan (zina) dalam rumah tangganya” [HR. Hakim, Baihaqi, Ahmad 2/134]
Durhaka kepada orang tua yang masih hidup tidak akan berkah dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya maka kekayaan tidak akan menjadikannya bahagia.
Semoga bermanfaat dan semakin menambah kecintaan kita kepada orang tua kita.
Comments